Berhenti Makan Sebelum Kenyang



Setiap hari pasti ada kebutuhan yang harus dipenuhi. Mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, pasti tidak meninggalkan yang namanya makan, dan nasi menjadi makanan pokok sebagian manusia. Ketika makan nasi, bisa menjadi nasi karena nasi berasal dari beras. Beras merupakan hasil penggilingan dari padi. Tanaman yang menghasilkan padi tidak bisa tumbuh tanpa ada bibit. Bibit itu sendiri berasal dari padi yang ditabur dilahan persawahan. Bila di sederhanakan, bibit padi merupakan asal nasi yang dimakan. Darimana asal pembentuk atau inti bibit disitulah awal nasi berasal. Berasal dari asal yang menciptakan asal nasi. Nasi yang dimakan akan mengalami proses yang tidak sejenak. Nasi dikunyah di dalam mulut, kemudian ditelan melewati tenggorokan. Terus masuk dan masuk ke bagian dalam sistem pencernaan sampai akhir. Proses yang tidak sejenak ini menghasilkan produk yang berbeda. Masuk nasi keluar bukan lagi nasi. 

Ada adagium “kalau belum makan nasi, belum makan”. Memakan makanan selain nasi, meski ia dalam jumlah banyak, sebenarnya sama-sama juga, dengan cara dimakan. Mulai dari mulut sampai ke pembuangan akhir. Lantaran makanan itu bukan nasi, jadi tidak syah rasanya dikatakan makan. Baru kemudian, ketika sudah ada nasi yang dimakan, baru bisa dikatakan sudah makan. Makan identik dengan nasi.

Makan adalah cara organisme dalam melangsungkan hidup. Manusia dan hewan melakukan hal demikian. Hewan akan memakan apa yang tersedia, baik yang didarat maupun yang dilaut. Apa yang tersedia di alam oleh hewan diperebutkan satu sama lain. Bisa juga memakan satu sama lain dalam rantai makanan. Hukum rimba. Siapa yang kuat maka ia yang berkuasa. Makan menjadi satu-satunya cara hewan dalam kelangsungan hidupnya. Hewan hidup untuk makan. Di lain itu, hewan bisa dipergunakan oleh manusia dalam melangsungkan hidup si manusia. Di pekerjakan untuk mengangkut barang, mengolah lahan. Sampai dimakan sebagai lauk pauk oleh manusia. 

Bila mengikuti arus teori evolusi Darwin, manusia berasal dari hewan, Kera. Kera sebelum menjadi Kera merupakan hasil evolusi. Begitu seterusnya sampai asal sebagai awal pertama manusia itu terasal dari .. (titik, titik) ‘antah-berantah’. Lalu, apakah teori ini akan berhenti pada titik yang disebut manusia?Mengikuti evolusi yang terjadi pada Kera sampai menjadi manusia. Manusia akan menjadi apa lagi setelah mangalami evolusi. Kalau saja manusia itu evolusi dari Kera, apakah manusia akan mengalami evolusi menjadi mahluk .. (titik, titik) ‘antah-berantah’.

Secara kebutuhan manusia dan hewan sama-sama makan. Cuma, manusia tidak hanya butuh makan saja.Makan sebagai kebutuhan makluk hidup, dimaksudkan sebagai kebutuhan yang material dari manusia. Kebutuhan material lainnya selain makan adalah sandang dan papan (tempat tinggal). Ketiga hal itulah disebut kebutuhan pokok. Kebutuhan pokok kehidupan manusia. Dari kebutuhan-kebutuhan sebagai makluk yang berakal, manusia ‘seharusnya’ bisa memikir asal dari yang ia makan.

Kini, apa yang dimakan oleh manusia modern, bukan lagi karena kebutuhan organisme. Tetapi lebih kepada pemenuhan image. Imagepada makanan akan menempel pada diri yang memakan makanan itu. Produk-produk keluaran industri, KFC, Pizza Hut, McDonal’s, membentuk penikmat untuk menikmati saja apa yang disajikan. Kalau masih kurang, silahkan pesan kembali, pesan antar. Bagi pemakan tidak perlu repot-repot memikirkan dari mana asal dan bagaimananya apa yang dimakan. Makan saja terus, sampai kenyang. Karena dari yang dimakan itu kebutuhan image terpenuhi. Silahkan coba menu baru, kalau mau coba tampil beda. Semua ada dan tersedia di Mall, Caffe, Resto atau pun di taman kuliner. Silahkan, dibuka selaus-luasnya, bagi yang kepinginmemuaskan hasrat makan. Enak rasanya, silahkan coba kalau tidak percaya.Rasa enak pada makanan itu yang dicari. Sensasi ketika menikmati makanan. Dengan begitu kepuasan batin terpenuhi, jiwa kemakanannya terpuaskan, menjadi mahluk pemakan image.

Filosof Pra-Sokratik, Demokritos (460-370 SM) merumuskan prinsip-prinsip atomisme. Bahwa seluruh realitas adalah atomos (a: tidak dan tomos: terbagi). Begitu juga dengan jiwa manusia. Jiwa terdiri dari atom-atom. Seluruh realitas direduksi menjadi unsur kwantitatif saja, yakni atom-atom. Kita merasa asin, karena jiwa bersentuh dengan atom-atom yang licin. Kita merasa pahit, karena jiwa bersentuh dengan atom-atom yang kesat. Kita merasa panas, karena atom-atom dalam air yang kita raba dengan tangan, bergerak dengan kecepatan lebih tinggi. Atas dasar atomisme Demokritos membedakan pengenalan inderawi dengan pengenalan rasional. Pengenalan inderawi itu tidak benar, karena tidak mampu mengamati atom-atom. Sedangkan pengenalan rasional memperkenalkan kenyataan yang sebenarnya(K. Bertens, 1979: 63). Bagaimana jadinya kalau begini. Nasi, rasa enak, manusia rupanya terbentuk dari atom.

Menjadi masuk akal ketika makan makanan berlebel memberi kepuasan. Rasio mengenal lebel itu. Rasio menghantarkan pada pemenuhan hasrat, kepingin. Tetapi dari mana asal semua yang dikatakan atom itu. Bila rasa enak, nasi, manusia berasal dari atom. Atom itu sendiri dari mana asalnya?. Ada rasa yang dirasa enak ketika makan nasi dari mana asalnya?. Manusia yang memakan nasi yang dirasakan enak dari mana asalnya?. Pencarian untuk sampai pada jawaban semua ini, seharusnya sampai pada asal yang menjadikan semua ini ada. Dari makan bisa ditelusuri semuanya ini. Makan bukan sekedar memasukkan makanan ke dalam mulut. Bukan untuk memenuhi hasrat, kepingin. Tetapi sebagai pembelajaran untuk mengetahui dari mana. Ketika terasa nikmat menikmati hidangan makanan, jangan lupa dari mana rasa nikmat makan itu berasal. Makan bukan untuk kenyang, tetapi berhentilah sebelum kenyang. Karena hidup cuma mampir makan.

Komentar