Semacam Cinta?


Cinta. Begitu indah dirasa. Begitu dalam untuk dimengerti. Begitu syahdu diperdengarkan. Begitu menyayat untuk diceritakan. Setumpuk kertas pun tak akan selesai menceritakannya. Tak ada ujung. Tak kenal musim. Tak akan pudar ketika dilukiskan. Tak pernah selesai untuk ditulis. Beragam tingkah-polah ada padanya. Dan cinta adalah rasa, rasa bagi yang merasakannya.

Cinta. Apakah ia sekuntum bunga, semanis dan senikmat coklat, berlambang semacam hati (manusia) yang terbalik, berwarna merah jambu/pink, berpolah mencium dan berpeluk, berproses dari mata turun ke hati. Marah, bahagian, sedih, kejam, lembut, kering, indah, semuanya ini sekedar ekspresiannya.

Cinta itu anugrah. Anugrah dari sang Pencinta pada ciptaanNya. Kasih sayang pada seluruh alam semesta. Garis edar manusia. Senyawa tak berbentuk. Hasrat yang membuncah. Keberadaannya diharapkan. Ketiadaannya disesalkan, dan semua ini gambaran tak berwujud bendawi.

Cinta itu apa?. Cinta itu ini-itu. Cinta itu semua. Cinta itu sebagian. Cinta itu bulat. Cinta itu linier. Cinta itu berbelok dan berliku. Cinta itu bergelombang. Cinta itu problematik (konflik, independen, dialogis, integratif).

Cinta, aku tak tau apa itu cinta. Cinta itu aku. Cinta itu kamu. Cinta itu kita. Cinta itu wanita. Cinta itu laki-laki. Cinta itu malaikat. Cinta itu setan. Cinta itu selatan-utara-barat-timur. Cinta itu ice crim. Cinta itu binatang. Cinta itu tai kucing. Cinta itu struktur hirarkhi realitas (materi-tubuh-pikiran-jiwa-roh).
Memang, cinta itu begitu runyam. Apakah cinta itu sama dengan hari kasih sayang? Valentine. Apakah ia perlu diperingati?. Bagaimana memperingati jika cinta saja tak tau apa itu. Memperingatinya untuk apa?, untuk siapa? Sebab cinta bisa jadi tanda tanya (?), dapat pun juga menjadi tanda seru (!).

Dan akhirnya, yang aku tau cinta itu adalah …titik…titik… sebab ia tak terjelaskan, tak tergapai, tak berujung, tak berakhir dan tak-tak yang lain, yang tak ada manusia yang bisa mengungkapkan kesejatiannya.

 “ Ketika aku mendengar kisah cinta pertamaku, mulailah aku mencarimu, tanpa sadar betapa maya pencarian itu. Pada akhirnya, sepasang kekasih tidaklah berjumpa di tempat tertentu, sepanjang waktu, di dalam hati mereka menyatu” (Jalalu’ddin Rumi)

Komentar