Data
Film
Judul
Film: 12 YEARS A SLAVE
Sutradara:
Steve McQueen
Skenario:
John Ridley (adaptasi dari memoar karya Solomon Northup [1853])
Durasi:
134 menit
Pemain:
Chiwetel Ejiofor, Michael Fassbender, Lupita Nyong’o, Sarah Paulson, Benedict
Cumberbatch, dan Brad Pitt
Film ini
memang sudah lama tayang, tahun 2013 lalu. Sesuai dengan judulnya, film 12
Years A Slave berkisah tentang perbudakan yang dialami Solomon Northup
(Chiwetel Ejiofor). Film yang berdurasi 134 menit ini, dengan shot ulang
alik (montage), menceritakan kehidupan Solomon selama 12 tahun yang
dijadikan budak, memberi penegasan betapa ringkihnya martabat manusia ketika
yang dilihat hanya berbedaan warna kulit. Yang berkulit hitam tidaklah dianggap
sebagai manusia dan yang berkulit putih adalah ras yang berkuasa atas
orang-orang negro seperti Solomon dan juga orang-orang Indian. Bagi ras kulit
putih Amerika ketika itu, negro hanya sebagai properti. Ia budak di perkebunan,
jongos di rumah tangga kalangan pengusaha-berada dan bebas diperjual-belikan.
Solomon,
tokoh utama dalam film ini, mulanya adalah orang bebas, punya bakat memainkan
biola, hidup bahagia dengan satu istri dan dua anak di Saratoga, New York,
1841. Solomon dan keluarga awalnya dalam posisi setara seperti keberadaan para
orang kulit putih. Kebahagiaan itu sirna setelah Solomon bertemu dengan dua
orang, yang bermaksud mengajaknya bergabung untuk bermain sirkus ke Washington,
dengan janji gaji yang cukup besar. Solomon terbujuk dan tergiur oleh janji
kedua orang itu. Tapi ternyata ajakan dua orang itu, tipuan.
Pada
acara makan malam dengan kedua orang kulit putih itu, Solomon mabuk dan tak
sadarkan diri. Pagi harinya, ketika ia bangun dan sadar, tapi dengan kenyataan
diri yang telah berganti baju putih yang kusam dan lusuh, dengan kedua tangan
yang terborgol, juga kedua kakinya. Di dalam penjara itu, kisah Solomon
dimulai. Pukulan demi pukulan ia terima tanpa bisa melawan, hanya dengan mengakui
bahwa namanya kini, bukanlah Solomon lagi, tapi Plett, seorang buronan dari
Georgia, baru pukulan itu berhenti. Plett, seorang negro pelarian dari Georgia,
itulah identitasnya kini dan seterusnya. Solomon jadi budak sejak saat itu.
Secara
penuh, film garapan Steve McQueen mengambil sudut cerita dari sisi pelaku
sebagai korban perbudakan, karena memang film 12 Years A Slave merupakan
hasil adaptasi dari memeor yang ditulis oleh Solomon Northup sendiri, dengan
judul yang sama, terbit tahun 1853. Perbudakan itu memang kejam. Bagaimana
kekejaman zaman perbudakan, tampak sejak awal fil ini diputar.
Demi
bertahan hidup, Plett harus melaluinya dengan luka dan derita. Setelah diangkut
dengan kapal menuju ke New Orleans, Flett dijual sebagai budak bersama para
negro lainnya: tua, muda, anak-anak, laki-laki, perempuan, sama saja, yang
dilihat adalah kekuatan tubuh/fisik. Plett kemudian dibeli oleh William
Ford (Benedict Cumberbatch).
Masalah
yang menghampiri Plett muncul ketika pengawas perkebunan milik tuan Ford
berlaku sinis terhadap Plett. Plett melawan atas kesewenangan pengawas
perkebunan itu, namun perlawanan Plett itu berbuah dan menerima kenyataan baru:
ia dijual kepada tuan lain dan mengalami penyiksaan yang parah.
Tuan Epps
adalah pemilik perkebunan kapas. Setiap budak dituntut untuk memenuhi minimal
200 pound sehari kapas, yang tidak bisa memenuhi berarti cambukan. Tuan Epps
meraja atas semua diri budak. Lihat bagaimana perbudakan berelasi dengan
kapitalisme. Andai, para budak tidak bekerja memenuhi target, kerugian sudah
bakal mendera perusahaan kapas tuan Epps. Para budak dipekerjakan tanpa
mengenal kekuatan fisik, tetapi berdasar target. Budak merupakan aset untuk
terus menggerakkan roda ekonomi: lihat dari bagaimana tuan Epps mempekerjakan
para budak tanpa ampun. Orang negro-kulit hitam-Afrika-bukanlah manusia.
Patsey
(Lupita Nyong’o) yang bernasip sama sebagai budak perempaun muda menjadi
bulan-bulanan kemerajaan tuan Epps. Sekalipun Petsey mampu melebihi dari
standar minimal memetik kapas, rata-rata 500 pound/hari, bukan penghargaan yang
ia dapat, tapi pemerkosaan.
Lama
waktu yang dihabiskan Plett dan para budak lain secara penuh menghadirkan dunia
para budak. Lagu-lagu gerejawi yang mereka nyanyikan saat menebang pohon, saat
memetik kapas, dan sesaat setelah Soloman dan budak lainnya menguburkan para
budak yang mati tak berdaya, menjadi satu-satunya penyemangat dan mungkin jadi
hiburan atas siksaan yang mereka alami. Plett pernah diberi hadiah sebuah biola
dari tuan Ford, namun akhirnya biola itu ia hancurkan.
Sampai
pada akhinya Plett bertemu dengan Bass (Brad Pitt), seorang kulit putih asal
Kanada, sewaktu membangun paviliun milik tuan Epps. Dari perjumpaan itu, Plett
menaruh percaya kepada Bass. Bass pun merasa iba terhadap kondisi yang diawali
Plett. Plett mengharap agar apa yang ia alami sebagai korban perdagangan dan
perbudakan dapat Bass teruskan dengan cara menggabarkan kepada salah seorang
teman Plett di New York, lewat sepucuk surat. Bass hampir tidak sanggup
menerima permintaan itu yang sepadan dengan nyata Bass sendiri sebagai
taruhannya.
12
Years A Slave mengabarkan tentang
kekejaman sistem perbudakan yang menimpa orang kulit hitam, negro, yang tidak
hanya didukung oleh peradilan yang melegalkan tuan untuk memiliki budak dan
diperkerjakan, tetapi juga oleh individu yang memang berkuasa sebagai tuan.[]
Komentar
Posting Komentar